Perdana Menteri Robert Golob mengatakan pemerintah Slovenia menyetujui mosi untuk mengakui negara Palestina merdeka. Namun keputusan final masih menunggu persetujuan dari parlemen.
Kemungkinan pemungutan suara hanya akan menjadi formalitas karena parlemen mayoritas partai yang dipimpin Golob.
“Hari ini pemerintah memutuskan untuk mengakui Palestina sebagai negara merdeka dan berdaulat,” ujar Golob saat konferensi pers, dikutip dari VOA News, Jumat, 31 Mei 2024.
Ia juga menyerukan pembebasan sandera serta diakhirinya permusuhan antara Israel dan Hamas.
“Ini adalah pesan perdamaian,” jelas Golob.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengatakan, tindakan Slovenia ‘menghargai Hamas atas pembunuhannya.’
Dalam media sosial X, ia juga mendesak parlemen Slovenia untuk menolak rekomendasi tersebut.
Meski Slovenia awalnya memulai proses pengakuan pada awal Mei, negara tersebut mengatakan bahwa mereka menunggu konflik di Gaza membaik.
Golob telah mempercepat proses tersebut setelah serangan terbaru di Rafah oleh Israel yang menyebabkan lebih dari satu juta warga Palestina meninggalkan wilayah tersebut.
Selain itu, Pemerintah Slovenia juga mengibarkan bendera Palestina di gedungnya di Ljubljana. Bendera baru tersebut berdiri dengan bendera Slovenia dan Uni Eropa. Awal pekan ini, Spanyol, Irlandia, dan Norwegia secara resmi juga mengakui negara Palestina, kemudian disusul dengan reaksi kemarahan dari Israel.
Sebelumnya, Swedia, Siprus, Hungaria, Republik Ceko, Polandia, Slovakia, Rumania, dan Bulgaria telah mengakui negara Palestina. Sementara Malta, Inggris dan Australia mungkin menyusul. Dari 27 negara Uni Eropa, Slovenia akan menjadi negara ke-10 yang mengakui negara Palestina.
Pada Selasa, parlemen di Denmark menolak mengakui negara Palestina. Jerman ataupun Amerika berpendapat bahwa solusi dua negara terhadap masalah ini mungkin terjadi melalui dialog dan menolak pendekatan unilateral.
Sementara itu, Prancis mengatakan bahwa sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk mengakui negara Palestina. Sebagai informasi, konflik antara Israel dan Hamas dimulai pada 7 Oktober 2023 dengan serangan teror Hamas terhadap Israel yang menewaskan 1.200 orang dan 250 sandera ditangkap.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, serangan balasan Israel telah menewaskan lebih dari 36.100 warga Palestina, termasuk warga sipil dan kombatan.