Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah kembali mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan awal pekan ini.
Mengutip data Bloomberg, Senin, 29 Januari 2024, rupiah hingga pukul 09.58 WIB berada di level Rp15.828 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun tipis tiga poin atau setara 0,02 persen dari Rp15.825 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, pasar keuangan sekarang menunggu isyarat baru mengenai kebijakan moneter AS, dimulai dengan data indeks harga PCE, alat pengukur inflasi pilihan The Fed, karena data PDB kuartal keempat tumbuh lebih dari yang diharapkan. Pembacaan tersebut diperkirakan menegaskan kembali inflasi tetap keras pada Desember.
“Inflasi yang stagnan, ditambah dengan meningkatnya tanda-tanda ketahanan perekonomian AS, memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama,” ungkap Ibrahim.
Di sisi lain, Bank Rakyat Tiongkok secara tak terduga memangkas rasio persyaratan cadangan untuk bank-bank lokal, yang diperkirakan akan mengeluarkan hampir USD140 miliar likuiditas ke dalam perekonomian.
Namun, para analis masih mempertanyakan seberapa besar dukungan ekonomi yang akan diberikan melalui stimulus moneter, mengingat Tiongkok sedang bergulat dengan perlambatan parah dalam belanja konsumen dan bisnis.
“Pemulihan ekonomi pascacovid juga gagal terwujud pada 2023, dan membuat sebagian besar sentimen terhadap Tiongkok tetap negatif. Fokus saat ini beralih ke data indeks manajer pembelian negara tersebut, yang akan dirilis minggu depan, untuk mengetahui lebih banyak isyarat mengenai perekonomian,” jelas dia.