Jakarta: Ledakan yang mengguncang SMAN 72 Jakarta Utara pada awal November 2025 menimbulkan kekhawatiran mendalam di kalangan publik. Insiden yang menyebabkan 96 orang luka-luka itu pada awalnya diduga sebagai aksi terorisme, mengingat daya ledaknya serta profil pelaku yang menggunakan simbol dan nama-nama tokoh ekstremis.
Namun, hasil investigasi Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri memastikan bahwa kasus ini tidak berkaitan dengan jaringan terorisme manapun.
Juru Bicara Densus 88, AKBP Mayndra Eka Wardhana, mengonfirmasi bahwa pelaku yang masih di bawah umur tidak memiliki afiliasi dengan kelompok teroris. Sebaliknya, aksi tersebut masuk dalam kategori memetic violence, yaitu kekerasan yang dilakukan karena terinspirasi oleh konten daring, baik berupa ideologi, tokoh, maupun tindakan kekerasan yang dilihat secara online
Pelaku disebut meniru gaya dan simbol dari beberapa penyerang ekstremis seperti pelaku tragedi Columbine, Christchurch, hingga serangan masjid di Kanada dan kampus di Rusia.
“Yang bersangkutan hanya mempelajari kemudian mengikuti beberapa tindakan ekstremisme yang dilakukan bahkan posenya kemudian beberapa simbol yang ditemukan itu sekadar menginspirasi,” ujar Mayndra dalam konferensi pers di Polda Metro pada Selasa, 11 November 2025.
Lantas apa itu memetic violence? Berikut ulasan lengkapnya.

