Surabaya, metrotvjatim.com : Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Jawa Timur, Erwin Gunawan Hutapea, mengungkapkan bahwa meskipun menghadapi tantangan global yang cukup besar, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur tetap menunjukkan angka yang solid.
Dalam pertemuan triwulanan dengan media yang digelar pada Jumat (7/2), Erwin menjelaskan bahwa meskipun kondisi perekonomian dunia masih penuh ketidakpastian, perekonomian Jawa Timur berhasil mencatatkan hasil positif. Acara yang turut dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan sektor keuangan, seperti perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan Kementerian Keuangan ini, juga menjadi momen penting untuk membahas proyeksi ekonomi daerah ini.
Erwin menyoroti tiga aspek penting dalam presentasinya: kondisi ekonomi global, nasional, dan regional; proyeksi perekonomian Jawa Timur ke depan; serta langkah-langkah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di wilayah ini.
Pada triwulan IV 2024, ekonomi Jawa Timur berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,03%, yang mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tercatat 4,91%. Sektor-sektor utama seperti investasi, konsumsi rumah tangga, dan ekspor yang tetap kuat, menjadi motor penggerak utama kinerja positif tersebut. Terutama sektor perdagangan, industri pengolahan, dan konstruksi yang menyumbang signifikan pada laju pertumbuhan ekonomi di provinsi ini.
Secara tahunan, ekonomi Jawa Timur tercatat tumbuh 4,93% sepanjang tahun 2024, sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh 4,95%. Namun, konsumsi swasta yang dipacu oleh momentum Pemilu dan Pilkada, serta penguatan investasi berkat berbagai proyek strategis nasional (PSN), turut memberikan kontribusi positif terhadap pencapaian tersebut.
Tingkat inflasi Jawa Timur pada 2024 tercatat sebesar 1,51%, lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 1,57%. Bahkan, pada Januari 2025, Jawa Timur mengalami deflasi sebesar -0,54%, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi Januari dalam tiga tahun terakhir yang biasanya mencatatkan angka sekitar 0,24%.
Bank Indonesia memproyeksikan inflasi Jawa Timur pada 2025 akan mengalami sedikit kenaikan, namun tetap berada dalam kisaran target 2,5% ± 1%.
“Kami cukup yakin di (tahun) 2025, meskipun inflasi kita lebih tinggi dibandingkan (tahun) 2024 ternyata masih berada di rentang 2,5 persen plus minus 1 persen,” ujarnya.
Adapun faktor yang berpotensi mempengaruhi inflasi adalah kebijakan harga dalam negeri dan imported inflation akibat fluktuasi harga komoditas seperti emas. Meskipun demikian, stabilitas harga pangan dan kondisi cuaca yang lebih baik diharapkan dapat menjaga inflasi tetap terkendali.
Erwin menekankan bahwa untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia telah menetapkan beberapa strategi utama, antara lain:
- Penguatan Sektor Unggulan: Fokus pada pengembangan sektor industri pengolahan, perdagangan, dan pertanian. Optimalisasi industri smelter di Gresik untuk pengolahan emas dan produk kimia diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian.
- Pengembangan Sumber Pertumbuhan Baru: Hilirisasi industri dan pengembangan sektor pariwisata menjadi prioritas. Selain itu, penerapan ekonomi hijau dan biru akan mendukung keberlanjutan lingkungan.
- Peningkatan Integrasi Infrastruktur: Penyelesaian jalur lintas selatan (JLS) diharapkan mampu mendukung sektor pariwisata. Pengembangan infrastruktur transportasi, termasuk percepatan jalur rel ganda dan pembangunan pelabuhan strategis, juga menjadi fokus utama.
Selain itu, Bank Indonesia mencatat adanya percepatan digitalisasi dalam sistem pembayaran, dengan transaksi QRIS di Jawa Timur pada triwulan III 2024 tercatat mencapai Rp 18,65 triliun, yang mencatatkan lonjakan hampir 200% dibandingkan tahun sebelumnya.
Secara keseluruhan, ekonomi Jawa Timur diperkirakan akan tetap kuat pada 2025, dengan proyeksi pertumbuhan berada di kisaran 4,7% hingga 5,5%.
“Kita cukup yakin bahwa (tahun) 2025 kita akan bisa berada di rentang 4,7 persen hingga 5,5 persen,” yakin Erwin.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Jawa Timur, Erwin Gunawan Hutapea, mengungkapkan bahwa meskipun menghadapi tantangan global yang cukup besar, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur tetap menunjukkan angka yang solid.
Dalam pertemuan triwulanan dengan media yang digelar pada Jumat (7/2), Erwin menjelaskan bahwa meskipun kondisi perekonomian dunia masih penuh ketidakpastian, perekonomian Jawa Timur berhasil mencatatkan hasil positif. Acara yang turut dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan sektor keuangan, seperti perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan Kementerian Keuangan ini, juga menjadi momen penting untuk membahas proyeksi ekonomi daerah ini.
Erwin menyoroti tiga aspek penting dalam presentasinya: kondisi ekonomi global, nasional, dan regional; proyeksi perekonomian Jawa Timur ke depan; serta langkah-langkah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di wilayah ini.
Pada triwulan IV 2024, ekonomi Jawa Timur berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,03%, yang mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tercatat 4,91%. Sektor-sektor utama seperti investasi, konsumsi rumah tangga, dan ekspor yang tetap kuat, menjadi motor penggerak utama kinerja positif tersebut. Terutama sektor perdagangan, industri pengolahan, dan konstruksi yang menyumbang signifikan pada laju pertumbuhan ekonomi di provinsi ini.
Secara tahunan, ekonomi Jawa Timur tercatat tumbuh 4,93% sepanjang tahun 2024, sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh 4,95%. Namun, konsumsi swasta yang dipacu oleh momentum Pemilu dan Pilkada, serta penguatan investasi berkat berbagai proyek strategis nasional (PSN), turut memberikan kontribusi positif terhadap pencapaian tersebut.
Tingkat inflasi Jawa Timur pada 2024 tercatat sebesar 1,51%, lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 1,57%. Bahkan, pada Januari 2025, Jawa Timur mengalami deflasi sebesar -0,54%, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi Januari dalam tiga tahun terakhir yang biasanya mencatatkan angka sekitar 0,24%.
Bank Indonesia memproyeksikan inflasi Jawa Timur pada 2025 akan mengalami sedikit kenaikan, namun tetap berada dalam kisaran target 2,5% ± 1%.
“Kami cukup yakin di (tahun) 2025, meskipun inflasi kita lebih tinggi dibandingkan (tahun) 2024 ternyata masih berada di rentang 2,5 persen plus minus 1 persen,” ujarnya.
Adapun faktor yang berpotensi mempengaruhi inflasi adalah kebijakan harga dalam negeri dan imported inflation akibat fluktuasi harga komoditas seperti emas. Meskipun demikian, stabilitas harga pangan dan kondisi cuaca yang lebih baik diharapkan dapat menjaga inflasi tetap terkendali.
Erwin menekankan bahwa untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia telah menetapkan beberapa strategi utama, antara lain:
- Penguatan Sektor Unggulan: Fokus pada pengembangan sektor industri pengolahan, perdagangan, dan pertanian. Optimalisasi industri smelter di Gresik untuk pengolahan emas dan produk kimia diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian.
- Pengembangan Sumber Pertumbuhan Baru: Hilirisasi industri dan pengembangan sektor pariwisata menjadi prioritas. Selain itu, penerapan ekonomi hijau dan biru akan mendukung keberlanjutan lingkungan.
- Peningkatan Integrasi Infrastruktur: Penyelesaian jalur lintas selatan (JLS) diharapkan mampu mendukung sektor pariwisata. Pengembangan infrastruktur transportasi, termasuk percepatan jalur rel ganda dan pembangunan pelabuhan strategis, juga menjadi fokus utama.
Selain itu, Bank Indonesia mencatat adanya percepatan digitalisasi dalam sistem pembayaran, dengan transaksi QRIS di Jawa Timur pada triwulan III 2024 tercatat mencapai Rp 18,65 triliun, yang mencatatkan lonjakan hampir 200% dibandingkan tahun sebelumnya.
Secara keseluruhan, ekonomi Jawa Timur diperkirakan akan tetap kuat pada 2025, dengan proyeksi pertumbuhan berada di kisaran 4,7% hingga 5,5%.
“Kita cukup yakin bahwa (tahun) 2025 kita akan bisa berada di rentang 4,7 persen hingga 5,5 persen,” yakin Erwin.